Story : My Guardian Angel (Part II)

Part II “Who He Is?”


Huft, sungguh malas rasanya pergi ke sekolah dalam cuaca hujan seperti ini, dreet..dreet.. Hpku bergetar, aku mengambilnya di dalam saku jaketku, oh pesan dari Alka.
Alka: Hei putri manja kau sungguh malas, jangan sampai kau kesiangan lagi, hari ini pelajaran matematika loh.Oh, ya ampun aku hampir lupa sekarang jadwal ibu cantik, kalau aku terlambat bisa-bisa aku ditendang lagi keluar, aku cepat menuju mobil, ayah dan bunda telah menunggu disana, kadang aku berangkat sekolah sendiri naik angkutan umum kadang pula berangkat bersama ayah dan bundaku, kebetulan tempat kerja mereka searah dengan sekolahku. "Sudah siap sayang" ayahku tersenyum cerah "Eitz, bawa payung tidak?" tanya bundaku hangat, bundaku sangat protektif soal kesehatan, mungkin karena bunda seorang dokter, "Iya ayah,, Ra bawa payung  ko bunda" jawabku dengan senyum mengembang pada mereka.
* * *
Di sekolah..


Aaah.. lega rasanya mendengar bel istirahat telah berbunyi, akhirnya pelajaran matematika yang sangat membosankan itu selesai, ketiga sahabatku rupanya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, aku berniat untuk membaca novel yang belum aku selesaikan tadi malam, namun "Ra, bisa antar aku ke ruang guru?" ucap Alka tersenyum namun kurasa senyumnya terlalu dipaksakan, dari tadi pagi dia terlihat murung, kenapa dia, huft.. "Baiklah, ayo" sepanjang perjalanan aku berkicau mengintrogasi dia, namun tetap saja dia hanya diam, berjalan lurus dengan gaya kedua tangannya di masukkan ke saku celana, aneh sekali anak ini. Aku menghentikan langkahku saat akan menuruni tangga, "Hei, pangeran es seberapa mahal suara kamu, bicara seperlunya saja?" ejekku, dia hanya tersenyum "Hhmmm, baiklah kalau itu mau mu" aku menarik nafas panjang dan mulai melangkah menuruni tangga namun "aaaaahh" seseorang telah menabrak tubuhku dari belakang, hampir saja aku menggelinding ke bawah namun dengan cepat tangan si pangeran es meraihku, tarikan tangannya menyebabkan tubuhku tertarik mendekat tubuhnya, deeg jantungku berdebar, "Dasar ceroboh, merepotkan saja" ucapnya datar, huuh aku hanya bisa memanyunkan bibirku, "Hei kau tak apa-apa? maafkan aku, aku tak sengaja, aku buru-buru" aku melihat ke bawah tangga, arah sumber suara itu, "Andra? Ehm, aku tidak apa-apa" jawabku gugup "Aku minta maaf Ara" ucapnya sambil tersenyum dan pergi berlalu. Jadi Andra yang menabrakku, aduh kenapa bukan dia saja yang menolongku tadi, dia meminta maaf, tersenyum dan memanggil namaku, oh I fly.. "Hei, kau bilang kau tidak apa-apa, kau hampir mati barusan" gerutu si pangeran es "Iya pangeran es kau benar, aku mati karena aku menyukainya" jawabku tersenyum tanpa sadar, "Kau bilang apa? Kau menyukainya?" nadanya terdengar kaget, tanpa sepatah kata dia langsung berlari ke bawah tangga "Hei, tunggu aku pangeran es, kau kenapa?" aku berlari mengejarnya "Tunggu, apa aku salah?" tanyaku perlahan, "Diam ! Tinggalkan aku sendiri ! Jangan ikuti aku lagi !" dia membentakku lalu pergi berlalu. Aku terdiam, mataku mulai berkaca-kaca aku berlari kembali ke lantai atas, kenapa hatiku sakit mendengar perkataanya, mengapa dia begitu marah mendengar bahwa aku menyukai Andra? Apa yang terjadi sebenarnya? Aku bingung.
* * *


Sisi, sahabat dekatku bingung melihat sikapku yang murung, "Kenapa Ra? Setelah istirahat kamu murung, memang tadi kamu dari mana? siapa yang telah membuatmu seperti ini?" tanya nya panik, aku hanya terdiam dan menggelengkan kepala, "Ya sudah, ayo kita pulang" dia menarik tanganku lembut, aku mengangguk dan tersenyum padanya. Sisi, dia lah sahabat terbaikku kami sudah berteman sejak kelas 1 SD sampai sekarang, dia sangat cantik, baik, juga pintar, tak heran kalau banyak teman-teman di sekolah yang menyukainya. Pangeran es yang aneh, meskipun sikapnya dingin namun selama ini aku tak pernah melihat dia semarah ini, apa yang terjadi padanya?.
* * *
Pukul 23.00 malam..


Aku terbangun dari mimpi tidurku mendengar bunyi ponsel yang berdering begitu nyaring, "Al? mau apa dia mengirim sms malam-malam, apa dia mau memarahiku lagi" aku membukanya dengan perasaan takut,
Pangeran es: Hai
Aku: Ya, kamu belum tidur?
Pangeran es: Belum
Aku: kenapa?
Pangeran es: tidak, maafkan aku.
Aku: untuk apa?
Pangeran es: kejadian tadi siang
Aku: oh, gak apa-apa, kenapa kamu marah?
Pangeran es: Haruskah aku menjelaskannya?
Aku: tentu
Pangeran es: Andra?
Aku: kenapa dia?

Pangeran es: kau tenang saja Ara aku akan membantumu
Aku: membantu apa maksudmu, aku tak mengerti? Bisa kau jelaskan lebih rinci?
Pangeran es: orang yang kamu suka, sama dengan orang yang Nata suka.
Aku: benarkah? jangan konyol, mana mungkin?
Pangeran es : Kau tanya saja pada si Nata, aku telah membuktikannya, tapi kau tak usah khawatir aku akan membantumu dan melindungi mu.
Aku kaget dibuatnya, y Allah apa itu artinya Nata benar suka sama Andra? benarkah semua itu, aku harus memastikannya, tapi bagaimana jika itu benar, semua pasti akan rumit, ooh y ampun malang nian nasibku, khayalanku semakin melambung sampai aku lupa membalas sms dari Alka hingga mentari tiba.
***


Hari ini aku pergi ke sekolah dengan perasaan campur aduk, ya entah lah perasaan apa yang aku rasakan sekarang, mungkin bingung, senang, sedih atau apa, yang jelas hari ini aku haruslah bersikap normal dan ceria, masalah antara aku, Andra, Nata dan Alka, biarlah itu mengalir apa adanya. Sesampainya di kelas, ku rebahkan tubuhku di kursi tempatku duduk, belum ada orang disini, hanya ada aku dan bangku-bangku berjajar yang mengantarkanku pada suatu kesunyian, aku memikirkan hal-hal apa yang akan ku alami hari ini, ha,ha.. dasar bodoh memangnya aku paranoid yang bisa meramalkan kejadian  yang akan datang, sudahlah Ara dunia mu bukan khayalan tapi dunia nyata, kau mengerti ! aku bergumam seakan membentak diriku sendiri. Tak sengaja aku meraba-raba kolong meja, aku menemukan 2 buah surat, haaah,,, dari siapa? Untuk siapa pula? Aku mengambilnya, kedua surat itu sungguh bertolak belakang, yang satu keadaannya begitu lusuh aku rasa orang yang membuatnya sedang marah hingga dia meremas surat yang dia buat, sedangkan surat yang satu lagi nampak begitu cantik dan sempurna, bentuknya rapi, wangi parfum menyeruak dari surat itu. Rasa galau menyelimutiku, haruskah aku membuka surat ini, tapi ini untuk siapa, bagaimana jika surat ini bukan untukku, aaah.. ya sudah lah aku buka saja toh suratnya ada di bangkuku mungkin ini memang untukku, perlahan aku mulai membuka kedua surat itu.
* * *


To Be Continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar